Hati adalah kelembutan yang meluruskan,menyesatkan dan mengindahkan.
berbagi dengan hati memiliki nilai yang paling baik dibandingkan berbagi tanpa hati.
kekuatan hati....
kekuatan dahsyat yang menggempur setiap dindingnya,
membisukan gerak-gerik lidah,
membutakan larak-lirik mata,
menulikan tengak-tengok telinga.
kekuatan hati....
kekuatan dahsyat untuk seseorang yang tersesat.

Sabtu, 30 Januari 2010

cinta?

ketika cinta menjadi perbincangan yang akan mengharumkan nama seseorang,
banyak gelak tawa mengiringi perjalanan debat pendapat,
kebohongan menjadi senjata nomor wahid yang semakin menggelapkan makna cinta,
terkadang mereka mengiyakan yang tidak mereka ketahui,
hingga persepsi tentang cinta bagai permata untuk pelaut yang kapalnya tenggelam,
basa-basi untuk segala sanggahan,
menurut mereka,
aku benar.
aku wahid.
aku puitis.

sedangkan aku,
terselip diantara kebingungan,
terbang menari dalam suasana sepi di ujung jalan kebuntuan,
masih tentang cinta.

layaknya mereka mendapatkan mahkota untuk segala argumen.
agar mereka diam,
dan lebih berpikir untuk suara harimau yang keluar.

aku denganmu

hari berembun,
sajak berayun,
aku kokoh dengan gilaku,
doa hampa penuh keegoan,doa suci tak segera tersaji,
aku memuji rembulan,mengelak matahari,menggelitik tahta,segera jatuh ke tanganku.
namun rembulan tak mempan di puji,matahari tak bisa dilewati,
aku melepas kulit dan berganti sutra,
agar terlihat indah kupasang lampu taman di kepalaku,
kau tak juga tersenyum,
angkuh sekali dikau, dik !
aku penuh hayalan,
aku tak dengarkan kutukan:tak mempan.
aku hanya ingin dirimu,membelah sunyi pada pertemuan kelam dan hitam,
dan kita berdua tak perlu sembunyi dalam terang.

bunga senja

engkau berbunga dikala senja,
mewangi dikala sepi,menusuk ke dalam perih,
aku dengar engkau gelisah,
oh, ada apa?
menertawai segala pujian,
menerangi kesalahan,
engkau begitu terbuka,
engkau sajikan rapuhmu di pangkuan hari,
ketika malam meresapimu, kau tak kunjung menutup layar peristiwamu,

oh bunga senja,
ada apa dengan pagimu,
hingga senja tergores haru,
tak nampak peristiwa indah saat itu,
engkau lelah?
kau nampak kusam,
bagai bunga dengan tangkai yang dihuni semut hitam.

oh bunga senja,
aku biru denganmu,
aku tahu engkau tak lemah,
aku tahu engkau mampu hadirkan indahmu lagi,
aku tahu engkau takkan meninggalkan ketiadaan yang bersajak,
dan engkau tahu?
aku akan lihat kembali kuntum bunga senjaku mekar kembali.

Rabu, 13 Januari 2010

Madu Raja

suatu hari pujangga kehabisan kata,namun raja masih punya banyak madu untuk satu tahun kedepan.
aku terlihat tua,namun engkau jauh lebih muda dan memesona
engkau madu raja yang takkan habis manisnya,
aku pujangga yang semakin tua dan kehilangan pengikutnya
engkau bagai penawar dari racun lelah yang merajai raga yang tua,
aku pujangga yang kehabisan kata,
menggambarkan manisnya madu dalam puisiku.

Sabtu, 09 Januari 2010

Pandangan

sekecil apa yang mereka lakukan
ketika fajar sedang malu-malu
hingga langit telah pucat
sampai bintang rimbun gemerlap
lelah tak lekang dari urat-urat yang tua
aku bukanlah yang paling...
tapi terkadang jiwa merasa paling...

ketika terlihat orang yang hidup pada saat itu serba kekurangan
bukan mereka bekerja dengan kecil
bukan mereka tak pernah mempermalukan mentari
tapi kadar keberhasilan tak sepenuhnya berasal dari sini
dari bumi

jika kau punya banyak pandangan terhadap si kaya dan si miskin
sesungguhnya sebaik-baiknya pandangan ketika engkau melihatnya sebagai hamba yang taat.

Goyah

Sesukar pilihan,
menjadi atau melihat,
keduanya miliki kadar usaha,
aku telah jauh berlalu,
pada siang ku telah sombong,
pada malam aku begitu lekat,
bayang-bayang masih jauh terlihat.

Pahlawan Keindahan

Siapa sahabat,
perbendaharaan kata yang akan keluar tanpa diminta,
saat kita terluka,
saat kita butuh ia ada,
saat semua mulut tak dapat bicara untuk menghibur,
tapi ia gunakan matanya unduk menggoda,
ia datang sebelum mentari dan takkan terbenam bersama matahari,
Ia pelipur lara dan tempat berbagi duka,
senyum senantiasa bersemayam di bibirnya,begitu manis,begitu indah,
begitulah aku menyebutnya sebagai pahlawan keindahan,
memberi warna tanpa meminta kanvas.

Pisau

Bawa pisau umpatkan,
jangan keluarkan sebelum dia bicara,
nanti saja,
setelah semuanya memang harus begitu,
sekarang kau akan goyah,
nanti saja,
kilauan pisau bisa menciutkan.

Kesalahan

pengaduan perihal kesalahan,tentang sejuta mimpi yang hapuskanmu,dari benak orang yang senantiasa berjanji,kesalahan selalu ada,
engkau sendiri tak kan tahu,sekali kau berucap selalu inginkan ada yang berubah,sayap merpati bisa saja patah,
hingga aku tak tahu,
antara engkau dan aku,
siapa yang bersalah.

Lajang

Sang perantau,
tak menangis saat tak makan,beringin muda yang belum miliki akar enggan meneduhkan,yang tua pun tak segan mengering untuk menyelipkan sengatan sang matahari,
aku hitam,
bukan terbakar namun hanya proses pendewasaan dan bagian dari pembelajaran hari ini,
guruku bukan engkau,dia atau mereka,
tapi hidupku kemarin,hari ini dan esok,
tapak kaki mungkin berkulit tebal,
langkahku tetap tak berat dan aku takkan berhenti sampai bagian bumi tiada lagi yang asing.

Bim Salabim Abrakadabra

Bim salabim abrakadabra
tipuan belaka,
tak cukup kawan,
bukan butuh setetes keringat atau kau harapkan tak berkeringat,
bukan butuh sedikit asap yang mengepul,lalu sebuah keajaiban muncul,
atau hanya sekali lompatan kau akan menerjang garis akhir dari pertandingan dan kau dinyatakan sebagai pemenang,
melangkahlah dengan seribu kepastian,
dendangkan lagu kebanggaanmu,
simpan bendera putih,lalu ambil kain merah dan ikatkan di kepalamu,
jangan ambil tongkat sulap,tapi bawa senjata,
lalu berperanglah....!

Senja

Senja lagi,
namun bayangmu masih erat memeluk benakku
di sepasang kursi yang catnya mulai memudar
kurasa memang di rancang untuk di kenang
hingga kini seja lagi
bayangmu semakin erat
entah butuh berapa senja lagi agar dapat melupakanmu.

Tanpa Entah

entah hadir sebagai pelipur atau untuk pengganti
yang jelas aku bahagia
entah senyum untuk menghibur atau untuk kembali
yang jelas aku terpana
entah mencaci atau menyapa
yang jelas aku tersentuh
entah ada atau tiada
yang jlas aku menantimu
tanpa "entah".

Sang Pengembara

Sang pengembara liar mencari,
menepi ke darat lalu kembali berlayar,
turun ke lereng lalu kembali ke puncak,
menyendiri dalam kesunyian lalu kembali lagi pada keramaian,
diam dalam kebungkaman lalu berteriak sejadi-jadinya dalam kebohongan,
entah sampai kapan Ia akan bertahan untuk liar mengembara,
lelah atau semakin membara,
jika kau ingin mengembara?
hati-hati banyak binatang buas disana.

Jauh bukan alasan tetapi keadaan

Jika engkau ragu tuk senantiasa bertahta dihatiku,
karena dinding rindu yang teramat tebal,
jangan pernah menjadi seorang pendongeng dibelakang ketiak pendengarmu,
luapkan padaku,
atau kau berkaca pada hatimu,
seberapa besar pemberianmu,
hingga kau harapkan sedemikiannya dariku.

24 Februari 2008

manis,
tak terjual,
hingga langit menjingga pun,
perjuanganku masih tetap merona,
di rambutnya,
alisnya,
matanya,
hidungnya,
bibirnya,
hingga bagian yang tak layak ku ceritakan,
dia,
manis,
tak terjual,
saat keraguan menggerayangi,namun pesonamu membuat segala berhambur padamu,
hingga ku hafal setiap lekuk tubuhmu,
tapi bukan itu,
ada kekuatan yang maha dahsyat yang mampu membuat kita tak terpisah,
dia,
manis,
tak terjual,
sejuta mahar tak mampu bayar.

Keraguanku

Selangkah mungkin tak cukup tuk perjuangkan kisah yang akan ku ambil darimu,
dua,tiga bahkan lebih,
menggali setiap cembungnya pesimistis rasa,
akan dirimu,
juga cintamu,
berat mungkin tak terasa,
tapi langkah seringkali tercekal keraguanku akan rasamu untukku,
hingga aku mati di tengah cerita,
dan Rhama tak dapatkan shinta.

xxx

satu tercecer dua terangkut,
mendayu dalam denyut nadi mereka yang kehilangan arah,
kemudian ia tumpahkan lewat hidung mereka,
berkobarlah isakan,
entah sampai kapan,
hari ini,esok,atau takkan pernah berhenti,
hingga mereka mati dalam kesengsaraan.

Tak Liar Lagi

Seringkali dia buat senyumku memudar,
hingga aku rengkuh kembali lewat maafku,
terulang hingga aku aku bosan,
namun mulutmu tak dapat ku bungkam,
terlebih kumiliki,
kau terlalu liar,
hingga aku tak dapat ikuti saat kau lewati semak belukar,
hanya ini,
menunggu di tepi hutan,
menunggumu keluar membawa kulit singa,
sehingga kau puas dan berdamai di sejuknya telaga,
bersamaku yang akan jadi penuntun,
namun tak kubiarkan kau liar lagi.

Lihat Diriku

Aku lebih memilih menjadi biang dari keindahan,
saat matamu menatapku begitu tajam dan terpaku,
disitu aku akan mendapatkan keindahan darimu,
begitu pula saat mereka yang melakukan hal sepertimu,
begitu banyak hal yang harus ku benahi,
hingga cerita akan tersaji rapi,
lebih dari sekedar memukau,
dan kau akan kembali terpaku.

Dengar Nadaku

detik-detik dalam hidupku mengalir segala rasa tentangmu,
bahkan benci tak pernah terselip dalam setiap pikiranku akan dirimu,
mungkin kau disana masih terasa bimbang tentang keberadaanku di hatimu,
namun sedikitpun aku tak pernah bimbang memantapkan rasaku seutuhnya tuk dirimu,
sedikitpun,
nada-nada indah akan selalu mengalir dari hatiku,,
dengarlah,,
agar kau yakin akan keberadaanku,,
disini,
untuk bertahta dihatimu,,.

Kerinduanku

kerinduanku,
getar kesyahduan menggelitik jiwa lembutku,
menghadirkan sketsa wajah seorang kasih tepat di pelupuk mataku.

kerinduanku,
bercumbu dengan siang malam dan petang,
menggoreskan kisah nestapa seorang perindu,
merindu kasih tak pula datang.

kerinduanku,
keingin semu tanpa dirindu,
kasihpun hilang.

Lebih dari Itu

bukan pesona lahiriah ini yang meraba pandanganmu,,
ataupun tatap tajam bak mata elang yang ingin merobek sinar matahari, juga bukan tutur lembut yang naas tanpa cela,,
tetapi ketulusanku mencintai kekuranganmu dan mensyukuri kelebihanmu yang kumiliki..

Audiovisual Cinta

Ketika mata merona menatap ketidakpastian cerita,
ketika naskah telah disajikan dan siap diperankan,
dan kau masih galau oleh pilihan dan eratnya prinsip dalam hidupmu,
ketika suara menggema menggetarkan setiap sudut bathinmu,
ketika icon itu tidak kau temukan walau tatapmu telah menyapu bersih objeknya,
dan kau masih belum temukan siapa pemeran utamanya,,

yakinlah ia akan muncul pada episode berikutnya saat terbunuhnya tokoh antagonis...